A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil proses produksi yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Pelaksanaan
proses produksi dokumenter “Nendes
Kombet” melalui
beberapa tahapan mulai dari riset hingga terwujudnya karya dokumenter ini. Tahapan praproduksi
dari ide, riset, pengembangan
gagasan, konsep penciptaan baik konsep estetik maupun konsep
teknis hingga proses penciptaan yakni proses produksi, sampai pada proses pascaproduksi
dilakukan dengan persiapan yang sangat
maksimal. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan dokumenter
dengan tayangan yang informatif,
menghibur. dan mampu mengajak masyarakat yang menontonnya untuk
melestarikan budaya dan kerifan lokal khususnya Boso Walikan Malang yang
menjadi objek penciptaan karya dokumenter.
2. Karya
seni dokumenter
“Nendes Kombet” ini fokus untuk menceritakan kembali eksistensi Boso Walikan Malang dari mulai fakta sejarah awal lahirnya hingga perkembangannya dari masa ke masa, dan juga ancaman
kepunahannya melalui wawancara secara aktif dan langsung dengan para ahli
sejarah, ahli bahasa, dan masyarakat Malang. Wawancara menjadi
aspek utama dokumenter ini dengan alasan karena
melalui metode wawancara diharapkan interaksi, komentar–komentar dan respon langsung dari para narasumber sebagai subjek bisa didapatkan secara spontan.
3. Penyutradaraan
dokumenter “Nendes Kombet”
ini menggunakan gaya penuturan secara interaktif,
dimana sutradara berperan aktif didalam
film yang disutradarainya. Komunikasi
sutradara dengan para subjeknya
juga ditampilkan dalam gambar (in frame), dengan tujuan memperlihatkan
adanya interaksi langsung antara sutradara dengan para subjeknya. Dalam dokumenter “Nendes
Kombet” sutradara memposisikan diri bukan hanya sebagai observator namun
justru sebagai participant yang turut aktif dan on
screen dalam dokumenternya.
3. Penyutradaraan dokumenter interaktif “Nendes
Kombet” ini
menggunakan struktur bertutur secara tematis. Dimana cerita dibagi dalam tiga kelompok tema, yakni sejarah,
tata bahasa dan Arema sebagai tahapan rancang bangun cerita. Alasan sutradara memilih struktur penuturan secara
tematis dikarenakan subjektivitas sutradara dalam menampilkan realita yang ada berkaitan dengan ide dan tema yang menjadi objek
penciptaan, karena kelebihan dari struktur tematis yang adalah pada kemampuannya dalam merangkum penggalan-penggalan sequence yang kadang tidak
berkesinambungan dapat di rangkai menjadi suatu kesatuan mengingat isi dan temanya menjadi sebuah bingkai cerita.
4. Ditinjau secara umum, penyutradaraan dokumenter
interaktif dengan objek penciptaan Boso Walikan Malang yang berjudul “Nendes
Kombet” ini telah berhasil diciptakan dengan baik dan sesuai konsep yang
direncanakan. Meski dalam proses produksi melalui banyak kendala
dan rintangan, namun
semuanya mampu teratasi dengan baik melalui banyak bertanya dan membaca.
B. Saran
Dari pengalaman melaksanakan proses
produksi dokumenter “Nendes Kombet” ini bisa
direkomendasikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Riset dengan maksimal agar proses produksi
dan tujuan awal dibuatnya
dokumenter dapat tercapai dan berjalan
dengan baik.
2. Pembuat dokumenter sebaiknya selalu
memerhatikan aspek dokumenter
seperti gaya atau tipe dokumenter, bentuk bertutur,
dan struktur penuturan dalam mengemas
dokumenternya.
Pemilihan
gaya/tipe, bentuk bertutur, dan struktur penuturan harus disesuaikan
dengan konsep dokumenter yang
akan dibuat.
3. Kreatif dalam memilih informasi yang menarik, penting, dan masuk pada tema atau cerita yang diangkat menjadi objek dokumenter.
4. Memilih
tim produksi yang loyal dan solid, serta memiliki komitmen yang sama
dalam mewujudkan dokumenter yang diinginkan.
5. Bepikir
positif dan bersikap tenang saat menghadapi persoalan-persoalan
proses produksi agar mudah dalam menemukan solusi terbaik.
C. Daftar Pustaka
Achlina, Leli
& Purnama Suwardi. 2011, Kamus
Istilah Pertelevisian. Jakarta: Kompas.
Ayawaila,
Gerzon. 2008, Dokumenter: Dari Ide Sampai
Produksi. Jakarta: FFTV-IKJ Press.
Baran, J.
Stanley. 2012, Pengantar Kommunikasi
Massa Jilid 1 Edisi 5 Melek Media dan Budaya. Jakarta: PT. Erlangga.
Blain,
Brown.
2012. Cinematography:
Theory and Practice, Image Making for Cinematographers and Directors: Second
Edition. Focal
Press.
DeAndre, A.
Espree-Conaway. 2012. Language attitudes,
acquisition, and usage of Osob Kiwalan
Ngalam: An Indo-Javanese language of Malang. Biehl International
Research Scholarship-The University of the South. 1-22.
------------------------------------. 2013. Bahasa
Walikan Malangan and the building of
Indo-Javanese Urban Spaces. NUL- New Urban Languages Conference
Proceedings. Milan, 19-21 June 2013.
Fachruddin,
Andi. 2011, Dasar-dasar Produksi Televisi.
Jakarta: Kencana
Hermansyah,
Kusen Dony. Pengantar Ringan Tentang Film
Dokumenter. Sinema Gorengan
Indonesia.
Mercer, John. 1966. The Five C’s of Cinematography by Joseph V.
Mascelli Journal of the University Film Producers Association Vol. 18, No. 1 pp.
29-31. University of
Illinois Press
on behalf of the University Film
& Video Association.
Muda, Iskandar
Deddy. 2005, Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Nalan. S Arthur.
2011, Penulisan Skenario Film Dokumenter.
Bandung: Prodi TV & Film STSI Bandung.
Naratama. 2004, Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: PT Grasindo
Nichols, Bill.
1991, Representing Reality.
Bloomington & Indianapolis: Indiana University Press.
---------------. 2001. Introduction To Documentary. Bloomington
& Indianapolis University Press.
Pratista,
Himawan, 2008. Memahami Film.
Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Santana, Septiawan K. 2005, Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Soekanto,
Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tanzil, Chandra.
2010. Pemula dalam Film Dokumenter: Gampang-Gampang
Susah. Jakarta: In-Docs.
Wahyudi, J.B. 1992. Teknologi
Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: Gramedia Putra Utama.
Wibowo, Freed.
2007. Teknik Produksi Program Televisi.
Jakarta: PINUS BOOK PUBLISHER.
Widodo, Dukut
Imam et. Al. 2006. Malang Tempo Doeloe. Malang: Bayumedia Publishing.
D. Daftar
Sumber Online
Ministry of Tourism, Republic of
Indonesia. Discover Indonesia. 2013.
http://www.indonesia.travel/en/discover-indonesia#tab3, diakses tanggal 03
Juni 2014 – 09:00 WIB
Sindonews, Neneng Zubaidah,
50 Bahasa
Daerah
Terancam
Punah. http://nasional.sindonews.com/read/838060/15/50-bahasa-daerah-terancam-punah, diakses tanggal 21 Februari 2014
− 19:04 WIB
The Ethnologue by Lewis, M. Paul, Gary F. Simons, and Charles D.
Fennig (eds.). 2015. Ethnologue: Languages of the World, Eighteenth edition. Dallas, Texas: SIL International. Indonesia
Languages. http://www.ethnologue.com/country/ID/languages, diakses tanggal 21 Februari 2014 – 03:00 WIB
UNESCO, the United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization. UNESCO Interactive Atlas of the World’s Languages in Danger. Moseley, Christopher (ed.). 2010. Atlas of the
World’s Languages in Danger, 3rd edn. Paris, UNESCO Publishing. http://www.unesco.org/languages-atlas/index.php, diakses tanggal 05 Juli 2015 − 06:49
WIB
E. Daftar
Sumber Audio Visual
Film “Romeo & Juliet” – Andi Bachtiar Yusuf, MEGA MEDIA Pte
Ltd presents, In Associations with the MEDIA DEVELOPMENT AUTHORITY OF SINGAPORE, a BOGALAKON PICTURES productions, 2009.
Live
Peformance “Ugal-ugalan/skarema” – Youngster City Rockers, Oman Namo, 2014.
Video “One
Incredible Blue – Aremania”, PLAT N, Hypno Creative Media, 2014.
Video “Thank
You Nuwus Hebak” – Ongis Taattoo’s Channel, 2012.
Videoclip “Kajoetangan” - Aradoes Band, Mameck Haryadie, Mexpro,
2014.
Music “Salam Satu
Jiwa” - A.P.A Rapper of Aremania, Punky, 2010.
F. Oyi Tok Wess, Jess!